Lengayang News

Media Online Republik Lengayang.

Lengayang News

Media Online Republik Lengayang.

Lengayang News

Media Online Republik Lengayang.

Lengayang News

Media Online Republik Lengayang.

Lengayang News

Media Online Republik Lengayang.

Kamis, 02 Juli 2015

Ceramah Ramadhan : Makna Jihad

L-News

Akhir-akhir ini, masalah jihad sering dibicarakan terhubung pengalaman kita bermasyarakat dan berbangsa sekarang ini yang banyak diwarnai oleh konflik horizontal yang dikatakan bernuansa agama, disamping nuansa lainnya, seperti etnik, ekonomi dan lainlain. Selain itu, fonomena kelompok-kelompok muslim mengindetikkan diri dengan jihad, dengan memberi nama diri dengan kata jihad, misalnya,  Laskar jihad. Apakah kalangan muslim yang tidak menamakan diri dengan kata jihad tergolong mereka yang tidak berjihad? Jawabanya, bisa ‘’ya’’, bisa ‘’tidak’’, atau ‘’belum tentu’’; karena jawabanya tergantung pada siapa atau kelompok mana yang menjawab.

Dalam berbagai bentuknya di dalam Alquran, kata jihad tersebut sebanyak 41 kali. Dalam bentuk persis masdarnya, jihad, hanya ada empat kata tersebut di dalam Alquran. Dikenal juga, bentuk masdar yang lain dari akar kata yang sama dengan jihad, dan dengan pengertiannya yang berbeda, yaitu ijtihad dan mujahada. Ijtihad pada awalnya berarti pekerjaan para serjana/ahli hukum dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah hukum.Namun, pada masa sekarang ini, karena semakin kompleksnya ilmu pengetahuan dan masalah-masalah yang dihapi masyarakat, maka ijtihad juga bisa dikaitkan dengan masalah keras yang dilakukan untuk mencari jalan keluar dari masah-masalah yang bukan hukum, misalnya, ijtihad politik, ijtihad ekonomi dan lain-lain. Sedang makna mujahadah adalah usaha keras yang dilakukan untuk mencapai kesempurnaan moral, agama, dan hidup kerohanian secara hukum. Tulisan ini membatasi diri untuk pembahasan pengertian jihad.

Jihad yang berasal dari kata juhd dan jahd, berarti kekuatan,kemampuan, kesulitan, dan kelelahan’’. Dari pengertian bahasa itu dipahami bahwa jihad memerlukan kekuatan dan kemampuan dalam arti seluas-luasnya, meliputi kekuatan penelaran (pikiran), pisik/tenaga, dan materi. Dari pengertian itu juga dipahami bahwa jihad mengandung konsekuensi dan resiko, searti kesulitan dan kekalahan.Berikut ini kita mencoba untuk membahas pengertian jihad diluar pengertian bahasanya.

Bila ayat-ayat Alquran dibagi kepada dua kategori besar, maka dikenal yat-ayat berkategori makkiyah dan madaniyah. Ternyata kata jihad dalam berbagai bentuknya dalam Alquran, juga terbelah kepada kedua kategori tersebut, masing-masing 8 ayat makkiyah dan 33 ayat madaniyah. Samakah maksud kata jihad dalam ayat-ayat Alquran pada kedua kategori tersebut ? bila diamati, ternyata terdapat pengertian yang berbeda antara kata jihad pada ayat-ayat makkiyah dan kata jihad pada ayat-ayat madaniyah. Dibawah ini ditemukan ayat-ayat jihad katergori makkiyah.Q.s. al-Nah 16:110:

ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُوا مِن بَعْدِ مَا فُتِنُوا ثُمَّ جَاهَدُوا وَصَبَرُوا إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Yang artinya:
Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Q.s. al-Ankabut 29:69:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Yang artinya:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Semua ayat-ayat jihad kategori makkiyah, berarti bersungguh-sungguh. Jadi, lebih ditekankan pada pengertian bahasanya. Ayat-ayat jihad kategori makkiyah tersebut menunjukkan bahwa jihad yang dimaksud adalah mengarahkan segenap kemampuan guna mencapai ridhaTuhan. Diantara ayat-ayat ,makkiyah yang telah disebutkan diatas, sekalipum secara tegas memerintahkan jihad terhadap orang-orang kafir dengan jihat yang besar, namun ayat ini tidak mungkain sama sekali dipahami jihad dalam bentuk kontak senjata (perang), berhubung bula diingat bahwa sewaktu periode Mekah belum ada perang yang di lakukan Nabi Muhammad saw. 

Dalam kondisi terburuk pun dalam periode makkiyah, ketika tekanan dan penyiksaan ditimpakan kepada kaum muslimin, mereka menghadapi kondisi buruk itu tidak dengan perang.bahkan, Nabi saw.dalam menghadapi sabdanya: ‘’ bersabarlah kalian kerena aku belum mendapat perintah untuk perang’’. Bahkan, ada ulama/pakar yang berpendapat bahwa hanya beberapa ayat jihad katergori madaniyah yang berarti ‘’ qital atau perang’’. Contoh ayat jihad kategori madaniyah yang berarti ‘’perang’’ adalah berikut ini: Q.s. al-Taubah 9:73:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Yang artinya:
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
Baik juga untuk diketahui, bahwa penggunaan kata yang seakar dengan kata jihad dalam Alquran, yang berarti ‘’bersungguh-sungguh’’, tidak semua menunjukkan kesungguhan berjuang di jalan Allah karena ada juga ayat yang menggunakan kata tersebut, namun menunjukkan suatu upayah sungguh- sunggguh untuk suatu hal yang tidak benar. Ankabut  29:8 dan surah Lukman31:15. Kata ‘’jahada  pada kedua ayat tersebut berarti ‘’mendesak’’ atau’’ memaksa’’, yaitu kedua orang tua yang mendesak atau memaksa anak untuk mempersekutukan Allah. Dari 41 ayat yang berbicara tentang jihad, 33 di antaranya memang mengandung arti berjuang di jalan Allah.

Jelaskan kiranya bahwa ayat-ayat jihad dalam Alquran pada umumnya berarti ‘’bersungguh-sungguh’’, hanya beberapa diantaranya yang berarti ‘’ perang’’. Karena itu, kalau pengertian jihad dipahami lebih pada semangat ‘’ perang’’, jelas pemahaman itu tidak sepenuhnya bersifat qir’ani (Islam). Bahkan, dapat keliru jika dikatakan semangat ‘’berperang’’ itu lahir dari sekian banyak ayat-ayat jihad dalam Alquran. Juga, kalau diperhatikan, jihad dalam Alquran yang berarti perang sifatnya kondisional. Ringkasnya, dalam perspektif Alquran, jihad mencakup pengertian yang sangatluas, pisik dan non pisik, harta (materi) dan jiwa (non materi). Karena itu, jiha memang meliputi harta, barang, tenaga, nyawa, emosi, pikiran, pengetahuan, waktu, tempat, dan sebagainya.

Ada kata atau istilah lain dalam Quran yang justru lebih langsung memberikan pengertian perang. Kata itu adalah pokok kata qatala, bentuk masdarnya adalah qital. Dibawah ini dikemukakan contoh ayat yang memuat Kata tersebut yang berarti ‘’perang’’Q.s. al-Hajj 22:39-40:

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Yang artinya:
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,
Dan  Q.s. al-Baqarah 2:190-193:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُم مِّنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِندَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّىٰ يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ ۖ فَإِن قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ ۗ كَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ
فَإِنِ انتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ انتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
Yang artinya:
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Sekalipun kedua ayat diatas menegaskan pengertian ‘’perang’’, namun ada isyarat-isyarat yang harus diperhatikan menyangkut isin atau kebolehan berperang tersebut, yaitu:
  • Dari surah al-Hajj tersebut, dipahami bahwa perang diizinkan karena sebalumnya ada perlakuan aniaya atau kesewenag-wenang dan keharusan menjaga kehormatan rumah-rumah ibadah di mana nama Allah disebut berulang-ulang.
  • Sedang dari surah al-Baqarah di atas, dipahami bahwa sekalipun perang dibolehkan, namun kaum muslimin yang melakukang perang jangan melampaui batas, menghormati lawan yang sudah menghentikan perlawanannya, dan menghindari bahaya fikna yang lebih besar dari pembunuhan.
Setelah pengertian jihad mencakup banyak hal, termasuk mencakup pengertian ‘’perang’’, khususnya setelah kata ‘’qital’’ menegaskan pengertian ‘’perang’’, maka Nabi saw, dan para sahabatnya sejak saat itu memakai kata jihad untuk pengertian yang banyak itu. Suatu ketika, seorang laki-laki berbadang tegap lewat dihadapan Nabi yang sedang duduk bersama beberapa sahabat. Salah seorang sahabat berkata: ‘’alangkah baiknya badan yang begitu tegap dimanfaatkan dalam perang (jihad) di jalan Allah.’’mendengar itu Nabi berkata ‘’kalau laki-laki itu keluar mencari nafka untuk anak-anaknya  yang masih kecil, maka perjalanan itu jihad di jalan Allah. Apa bila dia berjalan untuk kepentingan dirinya sendiri agar kehormatan dirinya terjaga, maka itu juga satu jihad di jalan Allah. Namun, bila dia keluar untuk  kemegahan dan ria, maka langkahnya itu menempuh jalan syaitan. ‘’(H.R. Thabrani)

Tampak di dalam hadis yang diriwayatkan Thabrani, sahabat Nabi menggunakan kata jihad untuk arti perang di jalan Allah, sementara Nabi sendiri menerangkan secara gamblang beberapa contoh jihad yang bukan berarti perang. Jadi, dalam perspektif Alquran dan teladan Nabi Muhammad saw, jihad yang berarti perang dipahami secara sangat terbatas; sedang jihad dalam arti yang sangat luas dipahami secara umum pada masa itu. Penegrtian jihad secara terbatas menunjukkan bahwa perang yang dikenal dalam sejarah Nabi saw. Dilakukan secara propesional dan dengan syarat-syarat yang ketat seperti sudah dijelaskan. Begitu pula, pengertian yang demikian luas cakupannya sebgai telah diteladankan Nabi, telah membuka peluang dan ruang yang begitu lapang bagi kaum muslimin untuk kelak membawa mereka kepada komunitas manusia yang membangun dan memiliki kebudayaan berkualitas tinggi.

Apa yang dapat dilakukan sekarang untuk masa kedepan dalam kerangka membangun hubungan postif dan konstruktif antara jihad dan kerukunan umat agama. Dalam pandanganpenulis, pertama menumbuhkan kesadaran akan perbedaan ruang dan waktu kita dengan ruang dan waktu dari masa-masa sebelumnya, termasuk masa kenabian. Kedua, menginventarisasi tantangan masa kini dan masa hadapan guna meluhat kemungkinan bagaimana teks wahyu menawarkan solusinya. Ketiga memulai suatu pekerjaan besar, dan ini jiga merupakan jihad (intelektual), yaitu melakukan evaluasi, mengoreksi, dan memberi penafsiran baru terhadap tafsir dan terjemahan Alquran yang ada dan dimiliki umat Islam sekarang ini, menyangkut ayat-ayat yang berbicara tentang kerukunan umat tersebut dan ayat-ayat yang berkaitan dengannya. Setidaknya, yang segera bisa dilakukan adalah koreksi terjemahan Alquran Departemen Agama yang ada sekarang.Wa Allah A’lam bi-Shawab

Ceramah Ramadhan : AlQuran dan Pencerahan Hati Nurani

L-News

Alquran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Melalui melainkan Jibril sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Alquran pada dasarnya adalah kitab petunjuk, diturunkan sebagai petunjuk dan pembimbing bagi umat manusia dalam kehidupan mereka di muka bumi. Fazlur Rahman mengatakan bahwa, sebagai kitab petunjuk, alquran itu bersifat antropologis dalam arti sangat dekat dengan manusia. Alquran menyebut dirinya, antara lain:

Hudan li al-nas (petunjuk bagi manusia). Allah swt. Berfirman di dalam Q.s. al-Baqarah 2: 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Yang artinya:

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Syifa’ li ma fi al-shudur (obat atau penawar penyakit yang ada dalam hati manusia). Allah swt. Berfirman di dalam Q.s. Yunus 10:57, berbunyi:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Rahmatan li al-mu’minin (rahmat bagi orang-orang beriman Allah swt. Berfirman di dalam Q.s. Bani Israil 17:82, berbunyi:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Yang artinya:
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. 
Sebagai muslim kita harus berusaha untuk mendapat petunjuk Allah lewat Alquran, sehingga kita dapat hidup di bawah bimbingan dan petunjuk-Nya. Menurut Sayyid Qutub, umtuk mendapat petunjuk dan pencerahan hati dari alquran itu secara konsisten, al-ma’rifah’ala tha riq al-mustaqin. Usaha itu harus secara sungguh-sungguh dilakukan sebab tanpa itu, pencerahan alquran (cahaya Ilahi) tidak dapat masuk ke dalam hati nurani manusia.

Menurut al-Gazali, ada tiga faktor yang dapat menghambat masuknya cahaya Ilahi ke dalam jiwa manusia.
Al-dzunub wa al-ma’ashi (dosa-dosa dan maksiat). Dalam paham sufi, dosa-dosa itu dipandang sebagai penghalang atau tabir yang akan menjauhkan manusia dari Tuhan. Semakin banyak orang berbuat dosa, maka semakin tebal dinding yang menghalangi dirinya dari Tuhan. Ketika itu, cahaya Tuhan tidak dapat masuk ke dalam jiwanya karena terhalang oleh kabut dosa.’

Berhala-berhala kehidupan, Berhala adalah sesuatu yang dipertahankan oleh manusia, atau mendominasi manusia sehingga lupa kepada Allah swt. Setiap zaman, kata al-Gazali, memiliki berhala-berhalanya sendiri yang disembah dan dipertuhankan oleh manusia selain allah. Pada masa Nabi saw, berhala-berhala itu berupa Lata, Uzza, dan Manata. Pada zaman sekarang, berhala-berhala itu bisa berupa tahta, harta, dan wanita. Berhala-berhala tersebut telah membuat manusia lalai dan lupa kepada Allah swt. Jadi berhala-berhala itu telah menjadi penghalang yang efektif bagi masuknya cahaya Tuhan ke dalam jiwa manusia.

Yang disebabkan oleh letak dan posisi hati yang berlawan dengan sumber cahaya, yaitu Tuhan. Karena posisi yang berlawan dan bertolak belakang ini, maka pencerahan Tuhan tidak dapat berlangsung. Itulah hati orang-orang kafir yang secara sadar dan sengaja menolak eksistensi dan keberadaan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang mata dan hatinya ditutup oleh allah swt, sebagaimana firman-Nya di didalam Q.s. al-Baqarah 2:6-7, berbunyi:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Untuk menghilangkan faktor-faktor masuknya pencerahan Tuhan tersebut dan agar manusia dapat menerima pencerahan Tuhan, maka manusia harus melakukan pula tiga hal, yaitu:
Taubat, dosa-dosa yang selama ini menjadi penghalang dapat kebersihan sehingga diharapkan pencerahan dapat berlangsung.

Memperkuat komunikasi dan hubungan denagn Allah swt. Komunikasi dan hubungan ini dibangun dengan memperbanyak ibadah dan mengingat kepada Allah (dzikrullah), sehingga hubungan manusia yang selama ini renggang karena berhala-berhala kehidupan dapat menguat kembali dan terjadi pencerahan seperti sedia kala.

Keimanan dan ketaqwaan, keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, sumber dari segala sesuatu dan tempat kembali atas segala sesuatu mengantarkan kepada manusia untuk menyadari, seperti firman Allah di dalam Q.s. al-An’am 6:162-163, berbunyi:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Yang artinya:
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
Dengan demikian, pencerahan Tuhan itu dapat berlangsung mana kalah kita sebagai muslim selalu berpegang kepada petunjuk Allah, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan kemaksiatan memperbanyak ibadah dn amal shaleh, serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Inilah salah satiu makna firman allah swt. Di dalam Q.s. ali Imran 3:101, berbunyi:

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ ۗ وَمَن يَعْتَصِم بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Yang artinya:

DemiBagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.kian, semoga Allah swt. Memberikan pencerahan hati kepada kita semua. Amin!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More