Rabu, 10 Oktober 2012

Perangi Kanker Usus dengan Beras

Mengonsumsi beras bisa mengurangi risiko kanker usus. Menurut Ann Richardson dari University of Canterbury, New Zealand, lebih dari 2.800 orang didiagnosis menderita kanker usus setiap tahun. Sangat memungkinkan perubahan pola makan adalah penyebab 'tren' kanker di seluruh dunia.

"Cepatnya pertambahan penderita kanker usus di Jepang dan Hong Kong bisa dikaitkan dengan perubahan pola makan yang terjadi di negara itu 50 tahun belakangan," ujar seorang peneliti.

Konsumsi beras per kapita sangat sedikit. 50 persen masyarakat berusia 20 hingga 30 tahun menolak untuk mengonsumsi beras. Tapi di China dan India justru tidak terlihat penolakan mengonsumsi beras dan diikuti dengan rendahnya tingkat penderita kanker usus.

Richardson mengatakan, peningkatan kanker kolorektral di Jepang dan Hong Kong bertambah dengan sangat cepat. Bahkan lebih cepat dari pada jika dianggap sebagai penyakit genetik.

"Ini tentu saja sangat berbahaya. Ada penelitian yang menunjukkan beras memiliki efek penahan tumor, dan ini adalah fakta yang sangat menarik. Kami akan mengejarnya," ujar Richardson.

Data statistik New Zealand menunjukkan, pada 1990, masing-masing orang mengonsumsi tiga kilogram beras. Sedangkan pada 2012, beras justru lebih banyak dikonsumsi burung Kiwis, yang mencapai delapan kilogram. Memprihatinkan memang, manusia justru menjauhi beras yang semestinya bisa mengurangi risiko kanker usus.

Data Departemen Kesehatan melaporkan, pada 2010, kanker usur menempati peringkat tertinggi pada pria di Pakeha dan Maori, namun lebih rendah untuk orang Asia dan Kepulauan Pasifik.  (zeenews/***)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More